SEBAB-SEBAB KOLEKTIF
Kita
telah katakana bahwa pergolakan-pergolakan politik mempunyai dua aspek. Pada
satu pihak,mereka beradu melawan masing-masing individu yang berjuang merebut
kekuasaan atau merebut perhatian dari mereka yang memegang kekuasaan. Pada
pihak lain, mereka menempatkan berbagai kelompok, perkumpulan, dan unsur-unsur
sosial melawan satu sama lain.
Menurut kaum sosialis, perjuangan
antar kelas adalah sebab utama bagi konflik-konflik politik: dalam pandangan
konservatif,konflik-konflik politik mencerminkan perjuangan –perjuangan antar
ras,persaingan-persaingan antar bangsa,propinsi-propinsi dan komunitas teritorial
lainya,dan lain-lain.
PERJUANGAN KELAS
“sejarah
setiap masyarakat sampai masa kini adalah semata-mata sejarah perjuangan
kelas”. Sebelum marx, banyak yang
percaya bahwa antagonisme politik di sebabkan oleh ketidaksamaan antara
kelompok-kelompok sosial, kelompok-kelompok sosial yang tidak sama ini termasuk
kelas-kelas sosial , dalam arti seluas-luasnya.
Kini, bilamana kita berbicara tentang
kelas-kelas sosial dan perjuangan kelas, kita ingat pada marx,secara sadar atau
tidak sadar. Tentu saja, ini tidak berarti memihak untuk lebih menyukai
marxisme. Itu hanya kita berarti mengakui marxisme adalah pada masa kini ,
doktrin yang dominan dalam bidang ini, sesuatu yang menjadi acuan dalam semua
doktrin lain atas salah cara atau yang lain.
Paham Tentang Kelas
Sebelum
Marx, paham tentang kelas didasarkan kurang lebih pda kontras antar yang kaya
atau yang miskin,yang berpunya dan tidak berpunya. Para ahli sosiologi amerika
masa sekarang menganut kembali konsep ini dakam teori-teorinya tentang “strata”
sosial yang ditentukan oleh perbedaan-perbedaan standar hidup. Marxisme menolak
pembedaan ini atau untuk lebih tepat menempatkanya pada peranan yang lebih rendah. Masalahnya, dalam kenyataanya, bukanlah
menyatakan bahwa ada orang miskin dan ada orang kaya, tetapi yang menentukan
apakah yang menyebabkan kekayaan dari beberapa dan kemiskinan orang-orang yang
lain. Bila mana kekayaan dan kemiskinan hanya tergantung dari kemampuan
individual dari seseorang, pada intelegensi, kekuatan dan kemampuan bekerja
maka tidak ada kelas. Konsep kelas di dasarkan pada ide bahwa perbedaan dalam
status sosial tergantung hanya pada
individu-individu, akan tetapi di paksakan kepada mereka atas cara yang khusus.
Kelas sosial didefinisikan tidak saja oleh kenyataan bahwa kekayaan dan hak
istimewa, kemiskinan dan penghisapan adalah sekurang-kurangnya sebagian akibat
kelahiran dan dengan demikian mempunyai sifat turun temurun.
Paham Marxis Tentang Kelas
Ide
sentral dari marxisme adalah bahwa kelas –kelas sosial dirumuskan oleh
posisinya terhadap alat-alat produksi . hal ini berbeda-beda sepanjang sejarah
dan konsekuensinya adalah variasinya mengubah hubungan-hubungan sosial.”
Hubungan hubungan sosial terikat rapat kepada kekuatan-kekuatan produksi”.
“Lahirnya kelas- kelas sosial adalah karena munculnya dan perkembangan
pembagian kerja secara sosial, munculnya milik-milik pribadi atas alat-alat
produksi.”
Pemilikan pribadi atas alat-alat
produksi adalah dasar utama dari pembagian masyarakat kedalam kelas. Setiap
masyarakat yang diorganisir atas dasar ini menghasilakan dua kelas yang berada
dalam konflik satu sama lain. Kelas yang memiliki alat-alat produksi dan kelas
yang semata-mata bergantung pada kemampuanya bekerja untuk hidup.
Konsekuensinya, menurut marx selalu ada dua kelas utama yang bertentangan satu
sama lain dalam setiap masyarakat tertentu: yang menguasai alat-alat
produksi dan yang lainya hanya mempunyai
kemampuan kerja.
Akhirnya,
kaum marxis membedakan kelas dan strata sosial. Tidak ada kelas yang
semata-mata homogen, kecuali dalam masyarakat-masyarakat yang sangat
terkebelakang. Dai dalam masyarakat feodal ada tuan-tuan besar dan tuan-tuan
kecil. Bahkan ada lebih banyak jenis di dalam kalangan borjuis (atas dan bawah,
industrial dan komersial,dan seterusnya). Dan di dalam proletariat ( pekerja
baju-baju biru dan baju putih ,berbagai kelompok pengrajin,ahli tehnik,pegawai
negri, dan tenaga-tenaga administrative.
Setiap kelas, di dalam perjuangan kelas,
menghisap kontradiksi diantara strata dari kelas lain untuk melemahkanya , kaum
borjuis membangkitkan konflik di kalangan kaum proletariat utuk mempertahankan
kekuasaannya, kaum proletarian mengambil untung
dari kontradiksi-kontradiksi di kalangan kaum borjuis untuk mempercepat
kedatangan sosialisme.
Kaum marxis sangat menentang
defenisi kelas semacam ini yang di dasarkan pada pendapatan atau standar
hidup,namun, teori marxis tetap jelas dalam hal ini: penindasan kaum
proletariat bukanlah sebagai konsekuensi dari tingkat hidup , dia adalah akibat
dari kenyataan bahwa para pemilik pribadi dari alat produksi menyita nilai
lebih dari kerja para pekerja yang memperoleh gaji.
Antagonisme Kelas Dan Konflik-Konflik Politik
Hanya
beberapa orang yang mengingkari bahwa antagonisme kelas adalah sumber konflik
politik. Perbedaan yang sebenarnya terletak di dalam kenyataan bahwa kaum
marxis yakin bahwa semua konflik politik berasal kurang lebih secara langsung
dari antagonism dan kontradiksi kelas. Sedangkan kaum non marxis menganggap
antagonisme kelas sebagai salah satu faktor di antara yang lain , dan
pentingnya setiap faktor di tafsirkan secara berbeda-beda.
Teori Marxis Tentang Perjuangan Kelas
Bagi
kaum marxis, antagonisme kelas adalah refleksi dari perjuangan kelas yang pada
giliranya ditentukan oleh system produksi dan system milik yang kedua-duanya
adalah akibat dari keadaan teknologi( kekuatan-kekuatan produktif). Kita tidak
boleh mencampurbaurkan ketidaksamaan alami dengan ketidaksamaan sosial yang
diciptakan oleh kelas-kelas. Ketika kita berbicara tentang sosiologis, ketidaksamaan
lahir yang mengakibatkan perbedaan di dalam kemampuan individual tidaklah
terlalu mengejutkan dari pada ketidaksamaan sejak lahir yang berasal dari
situasi sosial yang membagi manusia menjadi kelas-kelas yang antagonistic,
karena situasi yang pertama tidaklah dapat dihindarkan sampai tingkat tertentu,
sedangkan yang kedua tidak. Bagi kaum marxis, sumber utama antagonisme tetap
konstan di dalam setiap jenis Negara. Di dalam Negara purbakala, perjuangan
utama adalah antara tuan dan budak, di dalam Negara kapitalis, adalah antara
borjuis dan proletariat. Di dalam setiap hal, musuh did ala konflik tersebut
adalah pemilik-pemilik pribadi atas alat-alat produksi dan mereka yang modalnya
adalah semata-mata kemampuanya untuk bekerja, akan tetapi perjuangan dasar ini
mengambil rupa yang berbagai ragam menurut rupa yang berbagai ragam menurut bentuk Negara.
KONFLIK-KONFLIK RASIAL
Antagonisme
politik tertentu di sebabkan oleh konflik antar ras. Kita harus membedakan
konflik-konflik rasial yang murni dari teori-teori rasis yang mengatakan bahwa
ketimpangan di kalangan ras-ras adalah alasan utama dari antagonism politik.
Berbagai Teori Rasis
Teori-teori
rasis mengatakan bahwa beberapa ras secara biologis mempunyai bakat-bakat
sosial dan intelektual yang tidak sama dan tidak merata. Mereka menganggap
beberapa ras secara biologis lebih rendah dari yang lain akan tetapi ras yang
rendah tak mau mengakui ketidakmampuannya. Konsekuensinya, ada pertentangan
antar ras-ras yang lebih rendah dan ras-ras yang lebih tinggi untuk memperoleh
dan melaksakan kekuasaan politik.
Teori –Teori Tentang Rendahnya Ras-Ras Berwarna
Umumnya, kaum
rasis percaya bahwa orang-orang hitam akan sangat sukar untuk maju keluar dari
struktur sosial kesukuan yang primitif. Bangsa-bangsa kuning bisa mencapai
Negara-negara dan masyarakat yang kompleks, akan tetapi tidak mampu
memberikanya bentuk demokrasi, paling tinggi, mereka hanya mencapai
tingkat-tingkat bangsa eropa pada abad 17 dan 18. Ras—ras kunging dan hitam,
telah dikenal bagi bangsa-bangsa eropa masa purba. Namun, rasisme putih secara
relative adalah fenomena yang baru, yang
dilahirkan dan dikembangkan pada saat yang sama sejak kemenangan-kemenangan
colonial dan penghisapan terhadap koloni-koloni.
Adanya Konflik Rasial
Jenis-Jenis Yang Berbeda Dari Konflik Rasial
Secara
mendasar kita harus membedakan konflik rasial”vertical” dan konflik rasial”horizontal”.
Konflik rasial “vertical” terjadi
antar kelompok rasial yang dominan, yang bertempat tinggi di atas tangga sosial
,dan kelompok rasial yang diperintah ,yang bertempat dibawahnya. Demikianlah
konflik antar orang-orang putih dan orang-orang hitam di tanah-tanah jajahan
atau Negara-negara pseudokolonial, konflik antar orang-orang yahudi dan
orang-orang yang bukan yahudi di Negara-negara anti semiti. Teori-teori rasis
yang diberikan dalam usaha untuk membenarkan konflik-konflik ini dengan membela
bahwa ras yang dominan secara politik adalah ras dengan hak moral untuk
berkuasa karena dia adalah superior.
Di dalam konflik-konflik rasial kita
sebut sebagai “horizontal”, kedua ras yang bertentangan satu sama lain yang
tidak berada dalam hubungan dominan bawahan, tempatnya pada tingkat yang
berbeda dalam tangga sosial yang sama, seperti kelas-kelas sosial. Mereka di
tempatkan pada kelas sosial yang
kira-kira sama, pada dataran horizontal yang sama, seperti dua individu atau
dua bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar