Kamis, 24 Januari 2013

FAKTOR_FAKTOR ANTAGONISME POLITIK




SEBAB-SEBAB KOLEKTIF
Kita telah katakana bahwa pergolakan-pergolakan politik mempunyai dua aspek. Pada satu pihak,mereka beradu melawan masing-masing individu yang berjuang merebut kekuasaan atau merebut perhatian dari mereka yang memegang kekuasaan. Pada pihak lain, mereka menempatkan berbagai kelompok, perkumpulan, dan unsur-unsur sosial melawan satu sama lain.
            Menurut kaum sosialis, perjuangan antar kelas adalah sebab utama bagi konflik-konflik politik: dalam pandangan konservatif,konflik-konflik politik mencerminkan perjuangan –perjuangan antar ras,persaingan-persaingan antar bangsa,propinsi-propinsi dan komunitas teritorial lainya,dan lain-lain.
PERJUANGAN KELAS
“sejarah setiap masyarakat sampai masa kini adalah semata-mata sejarah perjuangan kelas”.  Sebelum marx, banyak yang percaya bahwa antagonisme politik di sebabkan oleh ketidaksamaan antara kelompok-kelompok sosial, kelompok-kelompok sosial yang tidak sama ini termasuk kelas-kelas sosial , dalam arti seluas-luasnya.
 Kini, bilamana kita berbicara tentang kelas-kelas sosial dan perjuangan kelas, kita ingat pada marx,secara sadar atau tidak sadar. Tentu saja, ini tidak berarti memihak untuk lebih menyukai marxisme. Itu hanya kita berarti mengakui marxisme adalah pada masa kini , doktrin yang dominan dalam bidang ini, sesuatu yang menjadi acuan dalam semua doktrin lain atas salah cara atau yang lain.
Paham Tentang Kelas
Sebelum Marx, paham tentang kelas didasarkan kurang lebih pda kontras antar yang kaya atau yang miskin,yang berpunya dan tidak berpunya. Para ahli sosiologi amerika masa sekarang menganut kembali konsep ini dakam teori-teorinya tentang “strata” sosial yang ditentukan oleh perbedaan-perbedaan standar hidup. Marxisme menolak pembedaan ini atau untuk lebih tepat menempatkanya pada peranan  yang lebih rendah.  Masalahnya, dalam kenyataanya, bukanlah menyatakan bahwa ada orang miskin dan ada orang kaya, tetapi yang menentukan apakah yang menyebabkan kekayaan dari beberapa dan kemiskinan orang-orang yang lain. Bila mana kekayaan dan kemiskinan hanya tergantung dari kemampuan individual dari seseorang, pada intelegensi, kekuatan dan kemampuan bekerja maka tidak ada kelas. Konsep kelas di dasarkan pada ide bahwa perbedaan dalam status sosial  tergantung hanya pada individu-individu, akan tetapi di paksakan kepada mereka atas cara yang khusus. Kelas sosial didefinisikan tidak saja oleh kenyataan bahwa kekayaan dan hak istimewa, kemiskinan dan penghisapan adalah sekurang-kurangnya sebagian akibat kelahiran dan dengan demikian mempunyai sifat turun temurun.
Paham Marxis Tentang Kelas
Ide sentral dari marxisme adalah bahwa kelas –kelas sosial dirumuskan oleh posisinya terhadap alat-alat produksi . hal ini berbeda-beda sepanjang sejarah dan konsekuensinya adalah variasinya mengubah hubungan-hubungan sosial.” Hubungan hubungan sosial terikat rapat kepada kekuatan-kekuatan produksi”. “Lahirnya kelas- kelas sosial adalah karena munculnya dan perkembangan pembagian kerja secara sosial, munculnya milik-milik pribadi atas alat-alat produksi.”
            Pemilikan pribadi atas alat-alat produksi adalah dasar utama dari pembagian masyarakat kedalam kelas. Setiap masyarakat yang diorganisir atas dasar ini menghasilakan dua kelas yang berada dalam konflik satu sama lain. Kelas yang memiliki alat-alat produksi dan kelas yang semata-mata bergantung pada kemampuanya bekerja untuk hidup. Konsekuensinya, menurut marx selalu ada dua kelas utama yang bertentangan satu sama lain dalam setiap masyarakat tertentu: yang menguasai alat-alat produksi  dan yang lainya hanya mempunyai kemampuan kerja.
Akhirnya, kaum marxis membedakan kelas dan strata sosial. Tidak ada kelas yang semata-mata homogen, kecuali dalam masyarakat-masyarakat yang sangat terkebelakang. Dai dalam masyarakat feodal ada tuan-tuan besar dan tuan-tuan kecil. Bahkan ada lebih banyak jenis di dalam kalangan borjuis (atas dan bawah, industrial dan komersial,dan seterusnya). Dan di dalam proletariat ( pekerja baju-baju biru dan baju putih ,berbagai kelompok pengrajin,ahli tehnik,pegawai negri, dan tenaga-tenaga administrative.
 Setiap kelas, di dalam perjuangan kelas, menghisap kontradiksi diantara strata dari kelas lain untuk melemahkanya , kaum borjuis membangkitkan konflik di kalangan kaum proletariat utuk mempertahankan kekuasaannya, kaum proletarian mengambil untung  dari kontradiksi-kontradiksi di kalangan kaum borjuis untuk mempercepat kedatangan sosialisme. 
            Kaum marxis sangat menentang defenisi kelas semacam ini yang di dasarkan pada pendapatan atau standar hidup,namun, teori marxis tetap jelas dalam hal ini: penindasan kaum proletariat bukanlah sebagai konsekuensi dari tingkat hidup , dia adalah akibat dari kenyataan bahwa para pemilik pribadi dari alat produksi menyita nilai lebih dari kerja para pekerja yang memperoleh gaji.
Antagonisme Kelas Dan Konflik-Konflik Politik
Hanya beberapa orang yang mengingkari bahwa antagonisme kelas adalah sumber konflik politik. Perbedaan yang sebenarnya terletak di dalam kenyataan bahwa kaum marxis yakin bahwa semua konflik politik berasal kurang lebih secara langsung dari antagonism dan kontradiksi kelas. Sedangkan kaum non marxis menganggap antagonisme kelas sebagai salah satu faktor di antara yang lain , dan pentingnya setiap faktor di tafsirkan secara berbeda-beda.
Teori Marxis Tentang Perjuangan Kelas
Bagi kaum marxis, antagonisme kelas adalah refleksi dari perjuangan kelas yang pada giliranya ditentukan oleh system produksi dan system milik yang kedua-duanya adalah akibat dari keadaan teknologi( kekuatan-kekuatan produktif). Kita tidak boleh mencampurbaurkan ketidaksamaan alami dengan ketidaksamaan sosial yang diciptakan oleh kelas-kelas. Ketika kita berbicara tentang sosiologis, ketidaksamaan lahir yang mengakibatkan perbedaan di dalam kemampuan individual tidaklah terlalu mengejutkan dari pada ketidaksamaan sejak lahir yang berasal dari situasi sosial yang membagi manusia menjadi kelas-kelas yang antagonistic, karena situasi yang pertama tidaklah dapat dihindarkan sampai tingkat tertentu, sedangkan yang kedua tidak. Bagi kaum marxis, sumber utama antagonisme tetap konstan di dalam setiap jenis Negara. Di dalam Negara purbakala, perjuangan utama adalah antara tuan dan budak, di dalam Negara kapitalis, adalah antara borjuis dan proletariat. Di dalam setiap hal, musuh did ala konflik tersebut adalah pemilik-pemilik pribadi atas alat-alat produksi dan mereka yang modalnya adalah semata-mata kemampuanya untuk bekerja, akan tetapi perjuangan dasar ini mengambil rupa yang berbagai ragam menurut rupa yang berbagai ragam  menurut bentuk Negara.
KONFLIK-KONFLIK RASIAL
Antagonisme politik tertentu di sebabkan oleh konflik antar ras. Kita harus membedakan konflik-konflik rasial yang murni dari teori-teori rasis yang mengatakan bahwa ketimpangan di kalangan ras-ras adalah alasan utama dari antagonism politik.
Berbagai Teori Rasis
Teori-teori rasis mengatakan bahwa beberapa ras secara biologis mempunyai bakat-bakat sosial dan intelektual yang tidak sama dan tidak merata. Mereka menganggap beberapa ras secara biologis lebih rendah dari yang lain akan tetapi ras yang rendah tak mau mengakui ketidakmampuannya. Konsekuensinya, ada pertentangan antar ras-ras yang lebih rendah dan ras-ras yang lebih tinggi untuk memperoleh dan melaksakan kekuasaan politik.
Teori –Teori Tentang Rendahnya Ras-Ras Berwarna
            Umumnya, kaum rasis percaya bahwa orang-orang hitam akan sangat sukar untuk maju keluar dari struktur sosial kesukuan yang primitif. Bangsa-bangsa kuning bisa mencapai Negara-negara dan masyarakat yang kompleks, akan tetapi tidak mampu memberikanya bentuk demokrasi, paling tinggi, mereka hanya mencapai tingkat-tingkat bangsa eropa pada abad 17 dan 18. Ras—ras kunging dan hitam, telah dikenal bagi bangsa-bangsa eropa masa purba. Namun, rasisme putih secara relative adalah fenomena yang baru,  yang dilahirkan dan dikembangkan pada saat yang sama sejak kemenangan-kemenangan colonial dan penghisapan terhadap koloni-koloni.
Adanya Konflik Rasial
Jenis-Jenis Yang Berbeda Dari Konflik Rasial
Secara mendasar kita harus membedakan konflik rasial”vertical” dan konflik rasial”horizontal”.
            Konflik rasial “vertical” terjadi antar kelompok rasial yang dominan, yang bertempat tinggi di atas tangga sosial ,dan kelompok rasial yang diperintah ,yang bertempat dibawahnya. Demikianlah konflik antar orang-orang putih dan orang-orang hitam di tanah-tanah jajahan atau Negara-negara pseudokolonial, konflik antar orang-orang yahudi dan orang-orang yang bukan yahudi di Negara-negara anti semiti. Teori-teori rasis yang diberikan dalam usaha untuk membenarkan konflik-konflik ini dengan membela bahwa ras yang dominan secara politik adalah ras dengan hak moral untuk berkuasa karena dia adalah superior.
            Di dalam konflik-konflik rasial kita sebut sebagai “horizontal”, kedua ras yang bertentangan satu sama lain yang tidak berada dalam hubungan dominan bawahan, tempatnya pada tingkat yang berbeda dalam tangga sosial yang sama, seperti kelas-kelas sosial. Mereka di tempatkan pada  kelas sosial yang kira-kira sama, pada dataran horizontal yang sama, seperti dua individu atau dua bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar