Tugas Individu
(Masalah Efisiensi Pendidikan”GURU”)
MUH RIDHA ASNAWIR
10538 01896 10
SOSIOLOGI.Vf
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
Kata Pengantar
Segala Puji Dan
Syukur Kehadirat Allah Swt Atas Rahmat Dan Hidayah-Nya Kepada Kita Semua
Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Makalah Ini Walaupun Dalam Bentuk Yang
Amat Sederhana.
Penulis Menyadari
Bahwa Makalah Ini Masih Jauh Dari Kesempurnaan, Walaupun Demikian Penulis Telah
Berusaha Sebaik Mungkin Dengan Seluruh Kemampuan Dan Pengetahuan. Oleh Karena
Itu, Sebagai Generasi Penerus Menginginkan Perkembangan Dan Perubahan, Saran
Dan Kritik Yang Sifatnya Membangun Demi Perbaikan Pembuatan Makalah Ini.
Akhir Kata Dengan
Segala Kerendahan Hati, Penulis Mempersembahkan Makalah Yang Berjudul Masalah Efisiensi Pendidikan”GURU”,
Kepada Segenap Pembaca Yang Budiman Dengan Harapan Semoga Dapat Memberikan
Manfaat.
Makassar,7
Januari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.............................................................................................................. 4
B.
Rumusan
Masalah......................................................................................................... 6
C.
Tujuan
Masalah............................................................................................................. 6
BAB
II PEMBAHASAN
MASALAH
EFISIENSI PENDIDIKAN”GURU” DI INDONESIA
A.
Siapakah Sebenarnya Guru Itu ?................................................................................ 8
B.
Guru
Sebagai Pusat Pembaharuan................................................................................. 9
C. Kemampuan
Utama Yang Perlu Dimiliki Seorang Guru............................................. 9
D.
Hubungan Guru Dengan Peserta Didik:................................................................. 12
E. 7 Penyebaba Mutu Pendidikan Di
Indonesia Rendah............................................ 13
F. Tipe-Tipe Guru............................................................................................................. 16
BAB
III PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................................................... 17
B. Saran........................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei
Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia
berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di
bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000),
Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37
dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga
yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin
teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad
ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan
disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak
disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di
Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya
adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka.
Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia
yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan
negara lain.
Yang kita
rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita
membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang
dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia
yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita
amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan
di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan,
baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang
mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di
berbagai bidang.
Kualitas
pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003)
bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari
20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036
SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam
kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah
pendidikan di Indonesia pada umumnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
Siapa Sebenarnya Guru Itu ?
2.
Jelaskan
Guru Sebagai Pusat Pembaharuan ?
3.
Jelaskan
Kemampuan Utama Yang Harus Dimiliki Seorang Guru ?
4.
Jelaskan
Hubungan Guru Dengan Peserta Didik ?
5.
Sebutkan
7 Mutu Pendidikan Rendah ?
6.
Jelaskan
Tipe-Tipe Guru ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk Mengetahui Siapa Sebenarnya
Seorang Guru !
2.
Untuk Mengetahui Mengapa Guru Sebagai
Pusat Pendidikan !
3.
Untuk Mengetahui Kemampuan Utama Yang
Harus Dimiliki Seorang Guru !
4.
Untuk Mengetahui Hubungan Guru Dengan
Peserta Didik !
5.
Untuk Mengetahui 7 Mutu Pendidikan
Rendah !
6.
Untuk Mengetahui Tipe-Tipe Guru!
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
MASALAH EFISIENSI PENDIDIKAN”GURU”
Misi
pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, karena itu
pendidikan selalu menghadapi masalah . sebab karenanya pembangunan sendiri
selalu mengikuti tuntunan zaman yang senantiasa berubah . masalah yang dihadapi
dunia pendidikan yang sangat luas dan kompleks. Pertama, karena sifat sasaranya yaitu manusia, merupakan mahluk
misteri yang mengundang banyak teka-teki. Kedua,karena pendidikan yang harus mengantisipasi masa depan yang juga
mengundang banyak pertanyaan. Padahal pemahaman terhadap hari kedepan itu
penting karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi saat ini.
Dari
zaman ke zaman ,guru telah menunjukkan perannya dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan. Kalangan ahli pendidikan
dan para ekonom menggambarkan peranan guru itu dalam kerangka teori modal
social . Menurut teori itu ,pendidikan ( guru )memberikan sumbangan yang sangat
penting bagi peningkatan kesejahteraan individu dan masyarakat . Dari segi
individu, pendidikan telah secara nyata memberikan kontribusi bagi peningkatan
pendapatan dan taraf hidup seseorang. Dari segi masyarakat, berbagai bukti juga
menunjukkan adanya kaitan antara tingkat pendidikan rata-rata penduduk
/pendapatan suatu Negara.
Berdasarkan
berbagai fakta pula, para sosiolog pendidikan menempatkan guru dan dunia
pendidikan pada umumnya dalam posisi sebagai agen perubahan dan pembaharuan.
Dalam peranan itu, keberadaan guru di harapkan membantu memecahkan berbagai
masalah dan tantangan yang di hadapi oleh individu dan masyarakat.
Masalah
efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaanya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi, naming jika
sebaliknya sebaliknya berarti efisiensinya rendah.
Pendidikan
selalu menghadapi masalah karena selalu terdapat kesenjangan antara apa yangf
diharapkan dengan hasil yang yang dapat dicapai dari proses pendidikan.
Permasalahan actual yang kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi.
Beberapa masalah actual pendidikan yakni masalah keutuhan pencapaian sasaran,
kurikulum, peranan guru, pendiddikan dasar 9 tahun dan pendayagunaan tehnologi
pendidikan.
Masalah
aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaanya.Dalam
beberapa tahun yang akan datang misalnya, masyarakat Indonesia di hadapkan oleh
berbagai tantangan terutama yang bersumber dari perubahan social yang berlangsung
cepat seiring dengan datangnya abad ke 21. Guru sebagai komponen system
pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi terciptanya tenaga terdidik
dan terampil yang di butuhkan dalam pembangunan nasional.
A.
Siapakah Sebenarnya Guru Itu?
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru
diartikan sebagai orang yg pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam hal ini berarti guru itu adalah orang yang melakukan tindakan
mengajar sebagai pekerjaannya, dengan kata lain dia mengajar dan mendapat
imbalan dari kegiatan mengajar tersebut. Dengan demikian seorang pengajar yang
tidak mendapat imbalan dari kegiatan mengajarnya tidak dinamakan guru. Sehingga
ustadz-ustadz di pondok-pondok pesantren, kiai-kiai di kampung-kampung
yang mengajar anak-anak kecil membaca Al-Quran tanpa imbalan bukanlah dinamakan
seorang guru atau seorang artis yang mengajarkan gaya hidup kepada masyarakat
dengan metode yang berbeda, itu juga bukanlah guru yang dimaksud.
Tetapi hal ini berbeda dengan pernyataan Ali R.A yang
termasuk sahabat Nabi SAW yang menyatakan bahwa orang yang mengajari kamu
sesuatu walaupun hanya satu huruf hijaiyah (huruf di dalam bahasa
arab) itu adalah guru kamu. Sehingga di dalam pengertian ini, maka ustadz-ustadz,
kiai-kiai adalah seorang guru.
B.
Guru
Sebagai Pusat Pembaharuan
Guru
berperan penting dalam proses pembaharuan pendidikan. Murphy bahkan menempatkan guru
sebagai pemimpin pembelajaran dari pada sekedar fasilitator . posisi
sebagai pemimpin mengandung makna bahwa guru merupakan pusat inisiatif
pembelajaran dan karenanya lebih banyak mengembangkan disi secara mandiri dan
tidak lagi terlalu tergantung pada inisiatif kepada sekolah dan supervisor
seperti ayng masih banyak terjadi pada saat ini. Perubahan-perubahan
berlangsung dengan cepat , dan karenanya guru dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan berbagai perkembangan di bidang keahliannya.
C. Kemampuan Utama Yang Perlu Dimiliki
Seorang Guru
Tantangan utama dunia
pendidikan di masa yang akan datang yakni peningkatan kualitas pendidikan agar
setara dengan Negara-negara maju. Untuk mewujudkan cita-cita itu maka guru
sebagai pilar utama pendidikan perlu memiliki tiga kemampuan dasar : kemampuan
professional, sikap professional dan kemampuan pendukung.
Kemampuan
Profesional
Kemampuan professional
adalah kemampuan inti yang harus dimilki seorang guru . kemampuan professional
itulah yang akan membedakan profesi guru dengan profesi lainnya. Kemampuan itu
pula yang mengarahkan tingkah laku seorang guru.Bidang-bidang kemampuan
professional seorang guru :
·
Pengelolaan
Kelas
a)
Mendemonstrasikan tehnik pengelolaan
kelas secara rutin.
b)
Mempertahankan prilaku kelas yang
diingikan.
·
Pengajaran
a)
Memfokuskan dan menjaga perhatian siswa
terhadap pelajaran.
b)
Memberikan kesempatan kepada siswa
mereview dan melakukan praktek.
c)
Mendemonstrasikan keterampilan bertanya.
d)
Menetapkan strategi untuk mengevaluasi
kemajuan belajar siswa.
e)
Mendemonstrasikan berbagai metode
belajar.
·
Iklim
Kelas
a)
Menciptakan iklim belajar yang positif.
b)
Meningkatkan konsep diri yang positif
pada diri siswa.
c)
Menciptakan lingkungan kelas yang
positif.
Sikap
Professional
Pemilikan
kemapuan tersebut perlu ditunjang oleh sikap, antara lain motovasi dan
komitmen. Motivasi berkaitan dengan dorongan melakukan sesuatu. Guru
professional adalah guru yang senantiasa termotivasi dalam meningkatkan
pembelajaran siswa. Komitmen adalah jalinan loyalitas dan orientasi terhadap
pencapaian tujuan .
Keterampilan
Pendukung
Sikap professional
berkaitan dengan adanya dukungan kemampuan lain seperti kemampuan berfikir
meta, kemampuan melaksanakan penelitian kelas,kemampuan menggunakan tehnologi informasi
dan penguasaan bahasa internasional.
a)
Kemampuan berfikir meta
Salah
satu karakteristik pembelajaran yang menonjol di masa depan adalah penggunaan
metode yang merangsang kemampuan berpikir siswa ( kritis, kreatif, dan abstrak
). Karena itu, guru di masa depan perlu mengembangkan kemapuan berpikir kritis
dan kretif.
b)
Kemampuan melaksanakan penelitian kelas
Dalam konteks
pengajaran di kelas, penelitian diharapkan mampu menemukan solusi terhadap
masalah –masalah pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa. Penelitian kelas
meliputi empat tahapan utama yakni: 1) perencanaan. 2) pelaksanaan.3)
observasi/evaluasi. 4) refleksi.
c)
Kemampuan menggunakan tehnologi
informasi.
Karakteristik abad 21
adalah semakin canggihnya tehnologi informasi. Dunia pendidikan harus
mengadaptasikan diri terhadap perkembangan itu melalui pemanfaatan perangkat
tehnologi informasi untuk memudahkan
pembelajaran.
d)
Kemampuan menggunakan bahasa
internasional.
Kemampuan atau
penggunaan bahasa internasional oleh guru maupun dosen di Indonesia masih
sangat rendah , hal yang sama juga terjadi pada siswa.
Yang
mempengaruhi rendahnya profesionalisme guru, menurut Akadum (1999) (1) masih
banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan
rendahnya kepatuhan guru terhadap norma etika profesi keguruan, (3) pengakuan
terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah, dll.
D. Hubungan
Guru dengan Peserta Didik:
- Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
- Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
- Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
- Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
- Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
- Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
- Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
- Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
- Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.
- Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
- Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
- Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
- Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
- Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
- Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
- Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
E. 7 Penyebab Mutu Pendidikan di Indonesia Rendah
1. Pembelajaran hanya pada buku paket
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? Tidak, karena pembelajaran di sekolah sejak zaman dulu masih memakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-70an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari sumber referensi lain.
2. Mengajar Satu Arah
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit. Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang dipakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya?
3. Kurangnya Sarana Belajar
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya daerah, tertinggal jauh dibandingkan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.
4. Aturan yang Mengikat
Ini tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah seharusnya memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya.
5. Guru tak Menanamkan Diskusi Dua Arah
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.
6. Metode Pertanyaan Terbuka tak Dipakai
Contoh negara yang menggunakan pertanyaan terbuka adalah Finlandia. Dalam setiap ujian, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka.
7. Budaya Mencontek
Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi apakah kita tahu kalau "guru juga menyontek" ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang diikuti guru, menyontek telah menjadi budaya sendiri.
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? Tidak, karena pembelajaran di sekolah sejak zaman dulu masih memakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-70an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari sumber referensi lain.
2. Mengajar Satu Arah
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit. Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang dipakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya?
3. Kurangnya Sarana Belajar
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya daerah, tertinggal jauh dibandingkan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.
4. Aturan yang Mengikat
Ini tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah seharusnya memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya.
5. Guru tak Menanamkan Diskusi Dua Arah
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.
6. Metode Pertanyaan Terbuka tak Dipakai
Contoh negara yang menggunakan pertanyaan terbuka adalah Finlandia. Dalam setiap ujian, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka.
7. Budaya Mencontek
Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi apakah kita tahu kalau "guru juga menyontek" ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang diikuti guru, menyontek telah menjadi budaya sendiri.
F. Tipe-Tipe Guru
Menurut motivator Aris Setiawan
seperti dilaporkan Republika, ada tiga kategori guru yaitu guru nyasar, guru
bayar, guru sadar.
1. Guru Nyasar
Tipe guru nyasar adalah guru
yang memandang bahwa menjadi guru adalah salah satu alternatif (atau bahkan
alternatif terakhir) pekerjaan di tengah sempitnya lapangan pekerjaan.
2. Guru Bayar
Tipe guru ini adalah guru yang
bersemangat hanya di awal bulan saja. Di luar itu, semangatnya melemah.
3. Guru Sadar
Guru tipe ketiga ini adalah guru
yang sadar betul akan fungsi dan perannya. Guru sadar tak hanya
mentransfer materi semata, ia juga mentransfer semangat bahkan menginspirasi.
Guru sadar memfasilitasi para siswanya untuk membangun karakter. Guru sadar
laksana orangtua bagi para siswanya.
Tentunya kita semua berharap seluruh guru di negeri
ini adalah guru sadar. Kalau pun ada guru nyasar dan guru bayar semoga berubah
menjadi guru sadar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø Masalah
efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan.
Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
Ø Guru berprilaku secara profesional
dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
Ø Guru membimbing peserta didik
untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai
individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
Ø Guru mengakui bahwa setiap
peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan
masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
Ø Guru menghimpun informasi tentang
peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
Ø Guru secara perseorangan atau
bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang
efektif dan efisien bagi peserta didik.
Ø Guru menjalin hubungan dengan
peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
Ø Guru berusaha secara manusiawi untuk
mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi
peserta didik.
Ø Guru secara langsung mencurahkan
usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
Ø Guru menjunjung tinggi harga
diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta
didiknya.
Ø Guru bertindak dan memandang semua
tindakan peserta didiknya secara adil.
Ø Guru berperilaku taat asas kepada
hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
Ø Guru terpanggil hati nurani dan
moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan
perkembangan peserta didiknya.
Ø Guru membuat usaha-usaha yang
rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat
proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
Ø Guru tidak membuka rahasia pribadi
peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan
kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
Ø Guru tidak menggunakan hubungan dan
tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar
norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
Ø Guru tidak menggunakan hubungan dan
tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi.
Tipe-Tipe
Guru
Menurut motivator Aris Setiawan
seperti dilaporkan Republika, ada tiga kategori guru yaitu guru nyasar, guru
bayar, guru sadar.
Ø Guru
Nyasar
Tipe guru nyasar adalah guru yang
memandang bahwa menjadi guru adalah salah satu alternatif (atau bahkan
alternatif terakhir) pekerjaan di tengah sempitnya lapangan pekerjaan.
Ø Guru
Bayar
Tipe guru ini adalah guru yang
bersemangat hanya di awal bulan saja. Di luar itu, semangatnya melemah.
Ø Guru
Sadar
Guru tipe ketiga ini adalah guru
yang sadar betul akan fungsi dan perannya. Guru sadar tak hanya
mentransfer materi semata, ia juga mentransfer semangat bahkan menginspirasi.
Guru sadar memfasilitasi para siswanya untuk membangun karakter.
B. SARAN
Dengan
rampungnya makalah ini,penulis berharap agar kiranya kepada segenap pembaca
dapat menjadikan makalah ini sebagai media untuk lebih mendalami makna yang
sesungguhnya di balik seorang guru sehingga kita nantinya Tahu dan sadar bahwa
hakikat guru yang sesunggunya demi pembangunan suatu bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
v
Arismunandar. 2006. Manajemen Pendidikan (Peluang Dan
Tantangan). Makassar : State University Of Makassar Press.
v
Tirtarahardja, Umar
& La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
v file:///E:/tiga-tipe-guru-guru-nyasar-guru-bayar-guru-sadar.html. March 4th, 2012. gurubio.com
v
file:///E:/KONSEP%20KEPRIBADIAN%20GURU.html.
23
10 2009
v
file:///E:/m6gwld-7-penyebab-mutu-pendidikan-di-indonesia-rendah.htm. Minggu, 01 Juli 2012,
12:58 WIB. Dede Fauzan, Amd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar